Tarling Riwayatmu Dulu
SUATU hari sekitar tahun 1931 datang seorang Komisaris Belanda ke rumah Mang Sakim di Kepandean Indramayu. Tujuan si bule itu singkat saja minta tolong kepada Mang Sakim yang "ahli garnelan" agar gitarnya yang rusak bisa diperbaiki.
Pertemuan yang kemudian ditafsirkan menjadi lintasan sejarah kesenian tarling itu sungguh bukan sesuatu yang disengaja. Siapa sangka hingga tujuh dasawarsa pada awal milenium ketiga tarling menjadi bagian tak terpisahkan dari sisi estetika kehidupan masyarakat pantura indramayu-Cirebon.
Awalnya memang hanya sederhana. Mang Sakim berhasil memperbaiki gitar milik orang Belanda itu. Hingga kurun waktu sekian hari ternyata gitar itu tidak diambil juga. Sejak awal memang Mang Sakim berupaya mamahami nada-nada alat musik tersebut, termasuk memperbardingkan dengan nada-nada pentatonis gamelan yang dia kuasai. Tatkala gitar itu masih juga tak diambil, tentu saja memberikan peluang lebih banyak waktu untuk mempelajarinya.
Sikap Mang Sakim ini tidaklah berbeda dengan anaknya Sugra yang juga suka gamelan. Bahkan lebih dari itu Sugra suka melakukan semacam eksperimentasi, yakni memindahkan nada-nada pentatonis gamelan ke dawai dawai gitar.
Ia seakanakan melakukan migrasi bunyi dari bunyi gamelan ke bunyi gitar dengan nada-nada yang sama. Lebih dari itu alat musik yang berasal dari daratan Eropa itu berhasil dimasuki kekhasan nada nada gamelan.
Tidaklah heran jika kemudian mengalir tembang kiser dermayonan, bendrong, Cirebon Pegot, dsb yang biasanya oleh gamelan.
"Sejarah" itu tentu saja tidak diketahui oleh banyak orang. Bahkan nyaris tenggelam seiring perkembangan tarling yang gegap gempita memasuki sebuah wilayah lain sebagai media kesenian, yang sekaligus juga industri hiburan. Bahkan tarling juga mengalami perubahan berbagai bentuk yang cepat, dari media pergaulan pada zaman pra kemerdekaan (sebagai ekspresi kerisauan hati, menemani keluyuran anak muda di malam hari, dan teman berbincang-bincang dengan sang kekasih) hingga perubahan yang sangat tragis menjadi hiburan orkestra dangdut yang seronok.
Bisa jadi fenomena kelahiran tarling menjadi kesenian itu memang sulit untuk menjadi bentuk yang sudah jadi. Sejak awal pertunjukan tarling bukanlah sesuatu yang baku. Ini tentu saja suatu kewajaran sebagai kesenian yang lahir di tengah rakyat (jelata). Bukan kesenian yang "istanacentris " yang mengetengahkan suguhan dengan ritme dan fitual yang terjaga. Ketika baru lahir di tangan Sugra (hingga kini catatan atau kesaksian yang lebih tua dari ri-wayat ini belum diketemukan) nama tarling pun belum. diketemukan.
"Jasa" Sugra yang paling berharga adalah mampu menjadikan gitar sebagai alat musik yang merakyat. Gitar bukan lagi dikonotasikan sebagai alat musik milik para bule atau para priyavi semata. Gitar bukan hanya mendendangican nadanada diatonis yang asing di telinga wong Dermayu Cerbon di sekitar dekade 1930-an itu.
Suara tembang Dermayonan yang diiringi gitar bahkan kemudian mewabah di kalangan anak muda pada zamannya. Apalagi ketika diimbuhi alunan suling bambu yang mendayudayu. Anakanak muda pun rnenjadi deraam gitar dan suling sambil menembangkan lagulagu klasik Jawa Dermavonan atau Cerbonan.
Gitar pun kemudian dibuat sendiri oleh anak-anak muda, meski dengan bahan baku yang sederhana. Termasuk juga ada membuat dari bahan seng, yang tentu saja ketika kawatnya dipetik, bunyinya pun terdengar sember. Wabah ini dengan cepat menembus ke luar wilayah. Dari hanya sekadar komunitas bergaul Sugra dan teman-teman sebayanya di Desa Kepandean Kecamatan Indramayu, kemudian menembus yang lebih luas.
Dari karangampel arah selatan dari kota indramayu seorang anak muda kemudian diketahui bernama Jayana juga mempelajari, datang bersama Raden Sulam ke lingkungan pergaulan Sugra di Kepandean.
Secepat kilat pula anak-anak muda di pelosok-pelosok desa Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon menerima kehadiran tarling sebagai sisi pelengkap kehidupan remaja mereka hingga dekade 1960-an.
Di sejumlah tempat bermunculan seniman dar pembuat gitar andalan. Di Desa Sleman Kecamatan Jaribarang dikenal seniman tarling yang handal. Sementara Jayana dan Raden Sulam malang melintang hingga ke Cirebon mendendangkan lagu lagu tarling ke Cirebon.
Komentar