Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Puisi

PUISI KEMERDEKAAN RI - Api Kemerdekaan yang Abadi

Di tanah air yang penuh darah, Merah putih berkibar gagah. Dari Sabang hingga Merauke, Satu tekad, satu jiwa, merdeka tak tergoyahkan. Bambu runcing, senjata rakyat, Menorehkan kisah yang penuh semangat. Melawan penjajah tanpa kenal takut, Berjuang demi tanah air yang tak boleh rapuh. Berkumandanglah proklamasi, Di bawah naungan Sang Saka suci. Darah pahlawan, peluh pejuang, Menjadi saksi lahirnya bangsa yang gemilang. Kini kita berdiri di bawah langit yang merdeka, Menghargai perjuangan para pendahulu yang tak kenal lelah. Membangun negeri dengan semangat yang sama, Meneruskan cita-cita luhur, menjaga api kemerdekaan tetap menyala. Di setiap detik yang berlalu, Kemerdekaan ini adalah titipan yang harus dijaga. Mari satukan langkah, Untuk Indonesia yang semakin jaya. Pada 17 Agustus yang penuh makna, Kita rayakan dengan bangga, Mengingat perjuangan yang tak pernah pudar, Dalam hati, jiwa, dan rasa, Api kemerdekaan akan selalu abadi.

Kiser Bumi Aria Wiralodra Karya Abdul Aziz

Abdul Aziz Kiser Bumi Aria Wiralodra Dening : Abdul Aziz Ning jagat bumi Endhang Dharma Ning sejerone wiwitan weringin kang wis lanjut usia Ning selebete keris kang ketulis seratan wangsa kerta Kula slulup teng Negara sejerone Negara Wonten sato kewan ula dawa kang nyemburaken geni langka sumbune kula mlebet teng jerone pusaka trisula lan nubles weteng blendinge para reriwa kang doyan pesta teng istana Klawan ajian kalima sada bumi alas dadi bumi welas Welasi rayat tumaritis, kang uripe adus banyu mata Saniki mlawad dunya, saged bangun pedusunan dermayu genae reriwa ! Dermayu, 21-11-2011

Puisi Kematian Koruptor Karya : Abdurrahman El Husaini

K ematian Koruptor Karya : Abdurrahman El Husaini Matahari sejengkal Tangis karangan bunga Isak kaum pelayat Usik berlimbah harta Beban lapisan kain kafan Membalut tangis bisu Menunggu hari perhitungan Bulan berjuta jengkal Gulita tiada Tara Terjepit diantara lahan sempit Bunga para pejiarah Tertinggal isak Sepi sendiri Terbata mengeja Hari-hari penuh kekalahan Menunggu hari pembalasan Terasa panjang Dalam tidur para pendosa Yang tersiksa begitu lama Matahari sejengkal Bulan beribu jengkal Catatan dibahu kiri Memberantakan timbangan Meniti jembatan ilahi Tajam tikam Sebilah belati Martapura,28/03/2013