Lara ning ati ditinggal
laki
Dipegat beli diurus
beli alias nambang dawa
NAMBANG Dawa
adalah lagu karya almarhum H. Udin Zaen yang sukses dinyanyikan oleh biduanita
bersuara merdu asal Kecamatan Arahan Inih
Daminih pada era sembilan puluhan. Tidak berhenti begitu saja, karena hit berikutnya juga meledak yaitu lagu Janji, Bantal Guling, Rangda 5X, Segara Adoh
Pinggire, dan yang paling fenomenal adalah Lanange Jagat. Betapa dampak meledaknya lagu-lagu itu melambungkan
nama Inih Daminih. Tapi, ada yang berbeda dari Inih Daminih jika dibandingkan
dengan biduanita tarling asal Indramayu. Biasanya seorang biduanita tarling
yang punya satu lagu hit saja, job
manggungnya menjadi banyak menjadi ramai, hingga mendirikan group sendiri. Mereka laris manis hingga
mampu membangun rumah megah, membeli mobil bagus dan sering berganti-ganti bila
bosan. Mereka juga mampu berinvestasi dan mengeksplor kemampuan diri dalam
dunia bisnis. Tapi bagaimana dengan Inih Daminih sang hit maker lagu?
“Lagu meledak,
yang kaya ya produser,” kata Inih yang kini usianya sekitar lima puluh tahun. “Saya
sih dapat dari panggungan saja. Ya alhamdulillah harus selalu bersyukur, karena
dari hasil manggung saya bisa membesarkan dan menyekolahkan empat orang anak
saya. Anak pertama sudah nikah dan memberi saya seorang cucu. Manggung sama
anak saja karena anak pertama saya yang jadi player organ, anak kedua jadi MC, kalau anak ketiga dan keempat
masih sekolah jadi belum total berkesenian,” urai Inih yang sedang
menanti-nanti beredarnya album terbarunya dengan lagu jagoan Gegere Jagat. “Saya belum pernah
memproduksi sendiri album-album saya. Selalu pakai produser perusahaan rekaman
dari Jakarta.”
Walaupun sukses
sebagai seorang biduanita, ternyata penampilan Inih sangat bersahaja. Tutur
katanya juga sangatlah merendah. Artis yang tidak lulus SD karena dari kecil
sudah sibuk manggung ini, mengakui dirinya tidaklah cantik. Tapi Inih tetap mantap
hingga kini menekuni dunia seni sebagai biduanita dengan suka duka yang
menyertainya. Nama yang melambung, lagu yang meledak, ternyata tidak membuat
Inih kaya raya. Inih hidup sederhana di rumah yang juga sederhana.
“Dulu awal tahun
dua ribuan rumah saya terbakar. Uang tabungan untuk membangun rumah lagi,” kata
Inih yang mengaku karirnya sebagai biduanita berawal sebagai penyanyi Jaran Cecek dan Jidur. Sampai kini, seni tradisional itu masih dibawa ke pentas
dangdutnya Inih Daminih. Ironisnya panggungan Inih tidaklah sengetop
lagu-lagunya. Nyaris sepi manggung di Indramayu, khususnya Indramayu bagian
barat. Padahal harga panggungan Inih lebih murah dibandingkan dengan harga
artis tarling top lainnya, hanya lima belas juta rupiah. “Saya lebih sering
manggung ke Cirebon, Brebes, dan Tegal. Mungkin hokinya ke sana.”
Inih Daminih,
ternyata artis Indramayu yang juga mematahkan pendapat orang kebanyakan. Artis
dangdut harus cantik, buktinya Inih Daminih tidak cantik tapi tetap pede dan
sukses sebagai penyanyi. Artis dangdut harus muda, Inih sudah lima puluh
tahunan usianya. Jika lagunya meledak apalagi menjadi hit maker, pasti kaya raya. Ternyata hidup Inih sederhana bersahaja
saja, panggungannya juga biasa saja bahkan jarang manggung di Indramayu.
Sepertinya ini pembelajaran bagi kita bahwa manusia jangan suka sok yakin dalam berprediksi, jangan
terlalu percaya mitos-mitosan, jangan
berlebihan kriteria-kriteriaan.
Karena ada Allah yang Kun Fayakun.
“Saya nikmati hidup saya dengan penuh rasa syukur,” kata Inih yang tetap merasa berbahagia walaupun tidak kaya raya padahal lagu-lagu yang dibawakannya selalu meledak. Hit maker lagu tarling itu belum tentu good maker dalam hal ekonomi. Inih Daminih saksi hidupnya. (untung)
Komentar