# DayaTarik Tarling
Kesenian tarling benar-benar mencuat pada sekitar dekade 1960- an dalam blantika hiburan rakvat. Kesenian tersebut mampu berdiri sejajar dengan jenis kesenian lainnya. seperti wavang kulit, wavang
golek cepak, sandiwara maupun tavuban. Bahkan sejak tahun 1970- an tarling sudah menerobos papan atas jumlah panggungan maupun rekaman kaset.
Mencuatnya tarling merupakan fenomena baru dalam dunia hiburan rakyat Indramayu - Cirebon. dan daerah pantai pantura sekitarnya seperti sebagian wilayah Kabupaten Subang dan Majalengka. Seperti juga jenis kesenian pertunjukan lainnya, tarling banyak diangkat oleh tradisi hajatan yang dilakukan masyarakat Indramavu-Cirebon. Hayat berupa khitanan anak, perkawinan, rasulan, selamatan rumah baru, dsb. seringkali mengundang grup-grup kesenian. Salah satunya adalah tarling.
Adakalanya hajatan berlangsung tiga hari tiga malam atau tujuh hari tujuh malam, yang biasanya dilakukan oleh orang-orang kava di sebuah desa. Namun ada kalanya pula hanya satu hari satu malam.
Acara itu di pelosok pedesaan Indramavu-Cirebon berlangsung terus menerus dalam satu tahun, terutama bulan-bulan setelah panen padi, kecuali dua bulan yang dianggap pantangan. Kedua bulan itu adalah bulan Kapit (Dzulqoidah) dan Puasa (Ramadhan). Meski demikian ada pula yang tidak berpantangan terhadap dua bulan tersebut.
Apa yang membuat masyarakat menggemari tarling. yang sebenamya merupakan kesenian baru dibandingkan kesenian Secara esensial tarling menampilkan tiga unsur, yakni pergelaran drama. Ketigannya menyatu dalam pementasan
Bersambung ...
Komentar