Perkembangan Tarling Dangdut: Penggabungan Tradisi dan Inovasi dalam Seni Musik Indramayu Jawa Barat
Sebutan "Tarling Dangdut" menjadi terkenal dan mulai digunakan ketika kelompok-kelompok tarling di Cirebon, seperti "Putra Sangkala" (dibawah pimpinan H. Abdul Adjib), Nada Budaya (dibawah pimpinan Sunarto Marta Atmaja), dan Jayalelana (dibawah pimpinan Maman Suparman) di Indramayu, serta Tarling Cahaya Muda (dibawah pimpinan H. Dariah), Endang Dharma (dibawah pimpinan Hj Dadang Darniah), dan Dunyawati (dibawah pimpinan Pesinden Hj Dunyawati), merasa kurang mendapat perhatian dari penonton. Hal ini membuat mereka mencari cara baru untuk menarik minat penonton dengan menggabungkan musik dangdut dalam pertunjukan tarling mereka. Sehingga, tercipta dua jenis pertunjukan dalam satu panggung, yakni tarling klasik pada pertunjukan siang dan dangdutan pada pertunjukan malam.
Inovasi yang dilakukan oleh Nano Romansyah dan H. Udin Zaen di Indramayu, dengan menggabungkan kecemerlangan musik dangdut dalam pertunjukan tarling, memberikan kontribusi besar dalam munculnya sebutan "Tarling Dangdut". Langkah ini kemudian diikuti oleh kelompok-kelompok tarling lainnya yang mengajak anak-anak muda untuk berpartisipasi dalam pertunjukan dangdut dalam satu panggung, sebagai upaya untuk menjaga keberlanjutan seni tarling klasik. Selanjutnya, muncul tokoh-tokoh seperti Yoyo Suaryo, Ipang Supendi, Toyib Suaryo, ITI S, Wati S., Nunung Alfi, Aas Rolani, Dewi Kirana, dan kemudian muncul era Wulan, Tuti, Eddy Zaky, Wadi Oon, Dedy Thorikin, Edy Bentar, serta banyak tokoh lainnya dalam dunia Tarling Dangdut.
Meskipun demikian, perkembangan Tarling Dangdut tidak hanya sebatas penggabungan lagu-lagu tarling dengan irama dangdut. Ada juga yang memilih mengadopsi lagu-lagu sintren dan genjring umbul ke dalam musik dangdut mereka, serta menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan irama-irama baru. Seiring waktu, karena permintaan akan variasi yang lebih banyak, banyak lagu-lagu Dangdut nasional atau yang memiliki gaya serupa juga dimasukkan ke dalam repertoar Tarling Dangdut, dengan menggunakan bahasa Jawa. Hal ini lah yang kemudian membedakan antara Tarling Dangdut dan Dangdut Tarling. Bahkan dalam kategori Tarling Klasik Dangdut pun terdapat perbedaan, karena meskipun tetap mempertahankan lagu-lagu dan irama klasik, namun diberi sentuhan irama dangdut.
Perkembangan Tarling Dangdut menjadi cermin dari adaptasi seni budaya yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan permintaan pasar. Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh para seniman dan musisi dalam menggabungkan elemen-elemen dari dua genre musik yang berbeda, telah menciptakan identitas baru yang unik dan menarik minat bagi berbagai kalangan penikmat musik. Dengan demikian, Tarling Dangdut tidak hanya menjadi bagian dari sejarah seni budaya Jawa Barat, tetapi juga telah mengukir namanya dalam kancah musik dangdut nasional.
Komentar